You’re My Life …

Standar

Tuhan .. Aku tau cepat atau lambat kau akan memanggilnya ..

Tapi boleh kah aku bersikap egois sekarang?? Boleh kah aku meminta pada mu untuk menahannya?? Memintamu untuk tidak membawanya pergi sekarang. Memintanya untuk tetap bersama ku lebih lama.

Ku mohon pada mu jangan sekarang. Aku rela melakukan apa saja untuk membuatnya tetap hidup dan bertahan disini. Aku rela menggantikan posisinya asalkan ia bisa tetap hidup. Aku rela merasakan penderitaannya asal ia bisa tersenyum kembali. Aku rela melakukan apa saja agar ia membuka matanya. Karena dia adalah hidup ku. Karena dia satu-satunya alasan ku masih bertahan sampai saat ini ..

Karena aku sangat mencintainya ..

Yoora POV …

“Kau sibuk ??” Seseorang mengetuk pintu kamar ku dan berjalan mendekati ku yang sedang duduk di meja belajar ku.

Ku alihkan pandanganku dari tumpukan kertas dihadapan ku saat ini dan tersenyum ringan.

“Tidak. Hanya mengecek data-data yang ku dapat untuk tugas akhirku.” Jawabku.

“Kalau begitu bisa kita pergi sekarang??”

“Kemana??” Tanyaku bingung.

“Hanya jalan-jalan keluar sebentar. Sepertinya malam ini akan banyak bintang. Kau suka melihat bintang kan??”

Aku mengangguk dan tersenyum tipis. “Tapi tunggu sebentar lagi biar aku ganti baju dulu.”

“Aku tunggu di luar.” Ia pun berjalan ke luar kamar ku.

Orang itu, laki-laki itu adalah pacarku. Hangeng, seorang pria yang telah ku pacari selama hampir 2 tahun ini. Dan entah apa alasannya, tiba-tiba malam ini ia mengajak ku pergi tanpa bilang terlebih dahulu.

*****

Kami sampai di tempat dimana Hangeng membawa ku saat ini. Ke sebuah bukit yang cukup tinggi tempat Hangeng menyatakan cintanya pada ku. Dari sini aku bisa melihat semuanya. Semua keindahan malam tergambar jelas dari sini. Ah sungguh pemberian Tuhan yang tiada tara.

“Huaahh bintangnya banyak sekali.” Decak ku kagum memandang langit hitam dengan banyak bintang yang bertaburan.

“Bagus bukan??”

Aku tersenyum memandangi langit.

“Tunggu disini sebentar, ada yang ingin aku ambil.”

“Ah iya .. “

Hangeng berjalan berbalik kembali ke mobilnya. Aku duduk memeluk kedua lututku diatas rumput yang terasa lembab karena embun malam.

“Untuk mu .. “ aku terkejut mendapati seikat bunga mawar tepat dihadapan ku dengan wajah Hangeng bertumpu di bahu ku. Aku mengambilnya.

“Happy anniversary .. “ ucapnya dengan senyum yang mengembang.

Astaga, aku lupa hari ini tepat 2 tahun hubungan ku dengannya. Haa .. bagaimana bisa aku lupa moment penting seperti ini.

“Ah iya hampir saja aku lupa. Terima kasih sayang ku .. Tapi aku lupa membelikan hadiah untuk mu. Maaf aku benar-benar lupa.”

“Haha tidak apa. Aku tau akhir-akhir ini kau sibuk dengan tugas akhirmu. Aku bisa memakluminya.”

“Gomawo .. “

“Yoora, sekarang dengarkan aku baik-baik.” Ia menatap ku dalam. Aku terdiam dan menatapanya. Bersiap mendengarkan semua ucapannya.

Tak lama ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya dan membukanya. Sebuah cincin bermatakan batu kecil terpampang jelas dari dalamnya. Ia menarik tangan ku dan memasukan cincin itu melalui sela-sela jari ku.

“Jagalah cincin ini seperti aku menjaga cinta ku untuk mu.” Ia tersenyum dan memeluk ku. “Setelah kau lulus kuliah nanti aku akan segera menikahi mu. Cepatlah selesaikan tugas akhirmu.”

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Tepat di 2 tahun hubungan kami ia melamar ku. Di tempat ini. Tempat yang menjadi saksi dimulainya cinta ku dengannya 2 tahun lalu hingga saat ini. Oh Tuhan , betapa bahagianya diriku mempunyai pasangan seperti Hangeng.

*****

Beberapa bulan kemudian aku lulus kuliah. Ternyata usaha ku selama beberapa bulan menyusun tugas akhir ku tidak sia-sia. Aku lulus dengan IP yang lumayan. Semuanya tidak terlepas dari orang-orang yang selalu memberikan doa dan dukungannya padaku. Sahabat ku, teman-teman ku, keluargaku, dan terutama pacarku, Hangeng. Ia sangat mengerti diriku di saat-saat seperti ini. Ia tidak pernah rewel saat aku sibuk dengan tugas ku. Ia tidak pernah protes saat kami mulai jarang bertemu. Sungguh beruntungnya diriku mendapatkannya.

Usia ku dengannya memang terpaut cukup jauh. 4 tahun. Ya perbedaan 4 tahun diantara kami. Tapi, aku merasa seperti tidak mempunyai jarak usia yang jauh dengannya. Ia terlihat seperti anak-anak muda yang seumuran dengan ku. Bahkan kelakuannya pun terkadang masih seperti anak kecil. Ia tidak terlihat seperti seorang pengusaha restoran, meskipun kini ia sedang mengolah beberapa restoran milik keluarganya.

Seminggu setelah kelulusan ku ia menepati janjinya. Ia membawa kedua orang tuanya menemui orang tua ku dan melamarku secara resmi. Dan sebulan kemudian, kami resmi menjadi sepasang suami istri. Dapat ku rasakan kini aku adalah wanita paling bahagia di dunia dengan suami tampan dan pengertian seperti Hangeng.

*****

“Sayang, aku bosan diam di rumah terus. Bolehkah aku bekerja ??” Pinta ku padanya saat kami sedang makan malam.

“Kau yakin ingin bekerja ?? Apa kau tidak akan lelah nantinya ??”

“Hmm .. ” aku mengangguk yakin. “Bukan bekerja namanya kalau tidak lelah.”

“Kalau itu sudah jadi mau mu, silahkan saja asal kau masih bisa membagi waktu mu untuk mengurus rumah dan kerjaan mu. Dan satu lagi kau harus menomor satu kan keluarga. Ok??”

“Ok aku mengerti. Gomawo yeobo .. ” Aku tersenyum padanya.

Hangeng benar-benar pria yang baik. Aku tidak akan pernah menyesal menikah dengannya. Ia sangat mengerti diriku. Dan ia selalu memberikan apa saja yang ku inginkan.

Seperti kali ini, saat aku meminta izin untuk bekerja, dan ia pun memperbolehkannya. Disaat dimana pria lain di luar sana sedang mengekang istrinya untuk tidak bekerja dan hanya diam di rumah mengurus kebutuhan rumah tangga, Hangeng mengijinkan ku untuk bekerja dan melakukan apa saja yang ku inginkan. Meskipun Hangeng selalu membebaskan ku, aku harus tau batasan-batasannya, karena kini aku tidak sendiri lagi. Aku mempunyai seorang suami yang harus ku layani.

*****

Kini aku telah bekerja disebuah perusahaan yang tidak terlalu besar.

“Yoora, aku berangkat kerja dulu.” Pamit Hangeng.

“Hati-hati dijalan.”

“Ne .. Kau juga.” Ia pun pergi setelah mengecup kening ku.

Begitulah kehidupan ku setiap hari. Setiap pagi aku pergi bekerja setelah Hangeng berangkat ke kantornya dan pulang sebelum ia pulang ke rumah. Aku melakukannya karena aku ingin tetap menghormatinya sebagai suami ku dan aku hanya ingin menjadi istri yang terbaik baginya. Memenuhi semua kebutuhannya saat ia berangkat dan pulang kerja.

*****

Usia pernikahan ku sudah memasuki bulan ketiga. Hal ini berarti aku telah menjalani 3 bulan hidup ku dengannya. Dengan Hangeng, suami ku, dan pria yang sangat aku sayangi didunia ini. Waktu berjalan cepat ternyata. Waktu 3 bulan ku dengannya terasa sangat singkat.

*****

Entah mengapa hari ini aku merasa tidak enak badan. Aku merasakan mual dan sedikit lelah. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak bekerja dan beristirahat di rumah.

Saranghandan neoui mare sesangeuk da gajin nan You & I, You’re so fine neo gateun saram isseulkka ..

Ponsel ku berdering. Dengan lemas ku raba-raba meja kecil disamping tempat tidur ku untuk mencarinya.

“Yoboseyo .. “ sapa ku menjawab panggilan dari ponsel ku.

“Sayang, kau sedang dimana?? Sudah makan siang ??” Tanya Hangeng di ujung sambungan telpon.

“Aku dirumah .. ” jawab ku lemas.

“Kau tidak bekerja ??”

“Tidak. Aku merasa tidak enak badan jadi ku putuskan untuk beristirahat saja dulu di rumah.”

“Kau sakit ??”

“Entahlah .. Mungkin hanya kelelahan.”

“Aku akan pulang sekarang dan kita pergi ke dokter.”

“Tidak perlu. Kau pasti sedang banyak pekerjaan, lagi pula aku hanya … “ belum sempat ku selesaikan kata-kata ku, Hangeng telah menyelanya.

“Aku pulang sekarang.”

KLIK .. Sambungan telpon pun terputus. Aku memandang pasrah ponsel ku.

*****

30 menit kemudian Hangeng sampai dirumah. Ia langsung melesat masuk kedalam kamar tempatku berbaring saat ini dan memaksa ku untuk ke dokter.

“Aku hanya kelelahan. Istirahat sedikit juga sehat .. ” Aku berusaha berkilah saat ia memaksa ku.

Namun ternyata ucapan ku tidak berhasil meyakinkannya. Ia menggendongku masuk ke mobil dan melesat cepat ke sebuah klinik. Dan kini aku sudah berada didalam klinik dengan Hangeng disebelah ku. Kini kami sedang menunggu hasil pemeriksaan ku tadi.

“Ku ucapkan selamat karena Nona Yoora sedang hamil. Dan usia kehamilan anda sudah memasuki minggu ke 5.” Dokter dihadapanku berbicara dengan rendah.

Aku sedikit terkejut dengan ucapannya. Aku hamil 5 minggu?? Bagaimana bisa aku tidak merasakan kalau aku hamil ??

Aku melirik Hangeng di sebelahku. Ia menatapku dengan pandangan bertanya-tanya. Aku hanya menggeleng kecil.

“Tapi anda harus menjaga kehamilan anda dengan sangat hati-hati, karena ini kehamilan pertama dan kehamilan anda lumayan beresiko karena kondisi tubuh anda begitu lemah. Jika tidak hati-hati nantinya akan mencelakan anda dan tentu saja bayinya.”

Setelah sedikit berkonsultasi dengan dokter mengenai kehamilan ku, akhirnya kami pulang ke rumah.

*****

Aku berjalan memasuki rumah dan langsung menghempaskan tubuh ku di sofa. Hangeng berlalu dihadapan ku. Berjalan menuju dapur dan kembali dengan secangkir teh hangat ditangannya.

“Minum dulu.” Hangeng memberikan cangkir teh itu padaku. Aku menyambut pemberiannya dan mulai meminumnya. Hangeng menatapku sambil sesekali tertawa kecil.

“Apa??” tanyaku.

Ia menghembuskan napas ringan dan tersenyum. Perlahan menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. “Aku tidak percaya sebentar lagi aku akan menjadi seorang ayah. Rasanya baru kemarin kita berkenalan dan kini kau sudah menjadi istri ku. Bahkan kau sudah mengandung anak kita. Cepat sekali berlalu ternyata. Boleh ku minta sesuatu lagi padamu.” Ia menatap ku dalam.

“Apa??”

“Tolong jaga anak kita dan dirimu baik-baik. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada kalian. Kau dengar kata dokter tadikan?? Kau harus berhati menjaganya. Jangan terlalu cape. Sebaiknya kau berhenti kerja saja, gimana??”

“Berhenti kerja?? Tidak .. aku tidak mau. Kau tau kan aku bosan kalau harus diam di rumah sendiri. Kau tenang saja, aku akan hati-hati menjaganya.” Aku meyakinkannya.

“Tapi ..”

“Aku janji tidak akan terjadi sesuatu pada ku dan anak ini.” Aku memotong kata-katanya sebelum ia menyelesaikannya.

“Baiklah. Tapi kalau nanti terjadi sesuatu, kau harus menuruti semua kata-kata ku tanpa membantah sedikit pun.”

“Aku janji ..” Jawab ku mantap dan tersenyum padanya.

*****

Hari-hari ku, kujalani seperti biasa. Pergi kerja setiap hari dan mengurus keperluan rumah tangga ku. Namun kini sedikit ada perubahan kecil dirumah. Hangeng menyewa seorang pembantu rumah tangga untuk membantu ku mengurusi semua keperluan rumah. Katanya ia tidak ingin melihat ku kelelahan setelah bekerja dikantor dan dengan ditambah beban yang ku bawa di dalam perut ku ini.

Usia kandungan ku sudah memasuki bulan ke enam. Hangeng selalu mengantarkan ku check up rutin ke dokter untuk memeriksa kandungan ku. Seperti perkiraan dokter awalnya, kandungan ku benar-benar lemah dan lagi kondisi badan ku yang selalu dalam keadaan tidak baik.

*****

Usia kandungan ku akhirnya berusia 7 bulan dan aku masih bisa bekerja seperti biasa meskipun kerap kali Hangeng menyuruh ku berhenti bekerja. Sebenarnya aku merasa kesulitan juga bekerja dengan kondisi perut yang sudah membesar seperti ini. Tapi toh aku merasa senang melakukannya.

Hari ini pekerjaan ku tidak terlalu banyak dikantor dan aku memutuskan pulang lebih awal karena aku merasa sedikit lelah dan tidak enak badan.

Aku beranjak dari tempat duduk ku. Dan aku merasakan sesuatu yang aneh pada perut ku. Sakit. Kenapa rasanya sakit sekali?? Apa anak ku akan segera lahir?? Tapi tunggu dulu, ini baru bulan ke 7 tidak mungkin aku melahirkan sekarang. Ini belum waktunya. Tapi, ah ini benar-benar sakit sekali. Dan kepala ku terasa berat. Aku jatuh tersungkur disamping meja kerja ku. Dan akhirnya semua terlihat gelap.

Hangeng POV …

Hidup ku seketika menjadi sempurna seutuhnya. Perjalanan ku 2 tahun membuahkan hasil. Hasil kebahagian yang selalu bisa kupetik setiap saat.

Kwon Yoora, seorang gadis manis yang telah membawa kesempurnaan bagiku. 2 tahun hubungan ku dengannya membawa kami ke jenjang pernikahan. Setelah 2 tahun dengan sabar aku menantikan memilikinya seutuhnya akhirnya terbayar sudah. Ia kini resmi menajadi istri ku.

Setelah 3 bulan usia pernikahan kami, Yoora memberikan kejutan terbesar pada ku. Ah bukan, bukan kejutan yang dipersiapkan. Melainkan kejutan yang ia dan aku sama sekali tidak tahu sebelumnya. Istriku, Yoora tengah mengandung 5 minggu.

Apakah aku bahagia?? Tentu saja aku bahagia. Sangat bahagia. Walupun pada awalnya aku merasa bingung karena istri ku sendiri tidak mengetahui kehamilannya, tapi toh itu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan ku. Aku akan menjadi seorang ayah. Dan hidup ku akan benar-benar sempurna dengan lahirnya seorang malaikat kecil kami.

*****

Tak terasa perut istri ku semakin membesar. Kalau aku tidak salah ingat, usia pernikahannya sudah memasuki bulan ke 7. Itu artinya 2 bulan lagi malaikat kecil kami akan segera lahir.

Sebenarnya aku sedikit khawatir dengan keadaan istriku juga kandungannya. Dokter bilang kandungannya sangat lemah dan sangat beresiko tinggi dan ia tidak boleh terlalu lelah. Tapi sampai saat ini Yoora masih bekerja dan sering terlihat lelah. Setiap ku bujuk untuk berhenti bekerja, ia selalu menolaknya. Hal ini membuat ku benar-benar menghawatirkannya.

*****

“Yoora masuk rumah sakit??” aku tercekat kaget saat menerima telpon dari salah satu teman kantor istri ku. “Kenapa dia?? Pendarahan?? Bagaimana keadaannya?? Baik aku akan segera kesana.” Ku matikan ponsel ku dan berlalu keluar kantor ku. Berjalan cepat menyusuri basement tempat aku memarkirkan mobil ku. Mengemudikan cepat mobil ku di jalan yang cukup padat.

Tuhan .. ada apa dengan Yoora?? Kenapa dia?? Tolong lindungi mereka Tuhan. Lindungi Yoora dan anak ku.

Pikiran aneh mulai berkecambuk dalam otak ku. Sulit bagi ku untuk berpikir jernih saat ini. Otak ku mulai kacau dengan pikiran yang tidak-tidak.

*****

“Istri anda harus segera di operasi untuk mengeluarkan bayinya. Kalau tidak cepat ini bisa beresiko pada istri maupun anak anda.” Ucapan dokter sesaat sebelum Yoora ku memasuki ruang dingin dan penuh alat-alat.

Tuhan .. kenapa terjadi seperti ini?? Kenapa harus seperti ini?? Kenapa untuk menyelamatkan malaikat kecil kami Yoora harus menderita seperti ini. Selamatkan mereka berdua ya Tuhan.

*****

Aku berjalan terhuyung-huyung setelah keluar ruang dokter lalu memasuki ruang rawat Yoora. Sejam yang lalu operasinya sudah selesai dan kini Yoora sudah dipindahkan ke ruang rawat.

Masih teringat jelas ucapan dokter tadi. ‘Nona Yoora selamat tapi tidak dengan bayinya. Bayi anda telbih dahulu meninggal sebelum kami sempat mengeluarkannya. Dan keadaan nona Yoora sekarang masih cukup mengkhawtirkan. Sesuatu yang mengerikan bisa saja terjadi setiap saat disaat keadaan istri anda seperti sekarang.’

Kesempurnaan ku seakan terampas begitu mendengarnya. Bisa ku terima jika anak ku tidak selamat. Tapi apakah bisa ku terima jika sesuatu terjadi pada Yoora ku?? Entahlah, aku tidak mau memikirkannya.

Aku memandang tubuh lemah yang terbaring diatas ranjang. Berjalan perlahan mendekatinya. Memegang pipinya yang terlihat pucat.

Yoora ku membuka matanya dan menatap ku. Tatapannya seakan bertanya ‘bagaimana anak kita??’ Mungkin seperti itu lah yang bisa ku tangkap dari tatapannya.

Sebelum sempat ia mengucapkan kata-katanya, aku terlebih dahulu menjelaskan semuanya. Semua keadaanya dan juga malaikat kecil kami yang kini telah tiada.

Yoora tidak bereaksi banyak. Ia hanya mengerjap, menutup matanya sejenak, dan saat matanya terbuka, bulir-bulir air mata itu pun jatuh pada akhirnya.

Tak lama kemudian Yoora mengalami kejang-kejang yang sangat hebat. Dengan cepat dokter yang diikuti beberapa perawat masuk ke ruangannya. Aku hanya bisa memandang sakit istriku melalui celah kecil di pintu ruang rawatnya. Dan seketika itu pula dunia ku serasa hancur.

*****

Setahun kemudian ..

Aku berjalan keluar kantor ku. Langit terlihat begitu ceria dengan warna birunya yang cerah. Sebelum pulang ku sempatkan mampir ke toko bunga dan membeli seikat bunga mawar. Setelah itu aku kembali melanjutkan perjalanan ku.

“Sayang aku datang dan lihat apa yang kubawakan untuk mu. Bunga mawar yang sangat kau sukai. Ah tunggu sebentar biar ku pindahkan bunga-bunga ini ke vas agar terlihat lebih cantik seperti dirimu.” Aku tersenyum dan mengambil vas bunga yang ada di meja.

“Nah cantik bukan kalau begini.” Aku meletakkan kembali vas bunga itu di tempatnya. “Bagaimana hari mu hari??” Sunyi dan tidak ada jawaban sedikit pun dan tidak pernah aka nada jawaban untuk ini.

Ku gapai tangan Yoora yang tergeletak lemah tak berdaya di ranjangnya. Yoora ku, wanita yang sangat ku sayangi kini terbaring lemah tanpa daya. Hanya hembusan napas dan alat penanda detak jantung yang menandakan kalau ia masih hidup.

Sudah setahun belakangan ini ia hanya terbaring tanpa pernah sekali pun ia membuka matanya ataupun bergerak. Yoora ku koma sesaat sejak operasi yang merenggut nyawa malaikat kecil kami. Dan sudah setahun belakangan ini aku tidak bisa melihat senyumnya. Yoora ku kini terlihat seperti boneka hidup.

Setiap hari hanya rumah – kantor – rumah sakit yang ku kunjungi rutin. Pagi hari sebelum aku berangkat kerja aku menyempatkan diri menemuinya walapun hanya sejenak. Dan setiap pulang kerja aku pun kembali menemaninya di rumah sakit.

Mengajaknya berbicara. Menceritakan hari-hari ku. Menceritakan semua masalah yang ku hadapi. Meskipun aku tau tidak pernah ada respon darinya. Ia tetap kaku dan memejamkan matanya. Tapi aku tau, ia bisa mendengar semuanya.

Apakah aku bahagia dengan keadaan seperti ini?? Tentu saja tidak. Hati siapa yang tidak merasa sakit melihat orang yang disayanginya hanya bisa berbaring lemah tanpa pernah membuka matanya.

Apakah aku bersedih?? Ya, aku sering menangis dihadapannya kini. Disaat aku dilanda kebingungan dan tidak pernah ada ucapan yang telontar dari bibirnya aku menangis. Disaat aku merindukan senyum lepasnya aku menangis.

Apakah aku pernah berniat mengakhiri semuanya?? Tidak. Tidak pernah terbesit sedikit pun aku ingin mengakhiri semuanya. Ia istriku dan aku seorang pria yang menyayanginya. Aku seorang suami yang akan terus menjaga istri ku sampai kapanpun dalam keadaan apapun. Karena aku telah berjanji di hadapan Tuhan untuk terus menjaga dan melindunginya sampai maut memisahkan kami berdua.

*****

Ku genggan erat tangan dingin istriku. Memandang setiap inchi wajahnya. Memandang matanya yang selalu tertutup dan berharap mata indah itu dapat terbuka.

Setahun belakangan menjadi saat-saat yang terberat bagi ku. Tapi aku tidak boleh menyerah. Aku akan terus begini. Menunggunya membuka matanya dan dan tersenyum pada ku.

*****

Aku baru saja selesai mencari makan malam ku. Meninggalkan Yoora sejenak untuk keluar. Dan saat aku kembali ke kamarnya, sebuah pemandangan yang menyakitkan ku kembali lagi. Yoora ku kembali kejang-kejang lebih hebat dari yang dulu. Dan alat penunjuk jantungnya pun menunjukan garis-garis yang terkadang naik turun yang mulai terlihat jarang-jarang.

Aku hanya bisa memandangnya melalui sudut kamar Yoora dan berdoa tanpa henti.

Tuhan .. Aku tau cepat atau lambat kau akan memanggilnya ..

 

Tapi boleh kah aku bersikap egois sekarang?? Boleh kah aku meminta pada mu untuk menahannya?? Memintamu untuk tidak membawanya pergi sekarang. Memintanya untuk tetap bersama ku lebih lama.

 

Ku mohon pada mu jangan sekarang. Aku rela melakukan apa saja untuk membuatnya tetap hidup dan bertahan disini. Aku rela menggantikan posisinya asalkan ia bisa tetap hidup. Aku rela merasakan penderitaannya asal ia bisa tersenyum kembali. Aku rela melakukan apa saja agar ia membuka matanya. Karena dia adalah hidup ku. Karena dia satu-satunya alas an ku masih bertahan sampai saat ini. Yoora ku, ku mohon selamatkan dia Tuhan ..

*****

3 tahun kemudian ..

Aku berdiri di teras sebuah cottage pinggir pantai. Menikmati udara sore hari disini. Sungguh membuat ku nyaman. Memandang jauh dasar laut. Badai itu telah berlalu. Dan kini badai itu berganti dengan indahnya cahaya matahari yang terus menerangi bumi tanpa henti.

Aku memandang sosoknya. Sosok wanita yang sangat ku sayangi. Sosok wanita yang pernah hampir kehilangan nyawanya setahun lalu. Yoora, istri ku kini sudah bisa membuka matanya dan kembali tersenyum untuk ku.

Terima kasih Tuhan kau masih memberikan kesempatan untuknya bersanding dengan ku lebih lama ..

Yoora POV …

Aku berjalan menapaki setiap butir putihnya pasir pantai. Berjalan dan berjalan menikmati indahnya sore hari pesisir pantai. Indahnya dunia ku. Indahnya hidup kedua ku ini ..

3 tahun lalu adalah masa terberat bagi suami ku. Masa yang terberat juga bagi ku. Aku tergolek lemah tak berdaya di ranjang. Mataku tertutup tapi aku masih sanggup mendengar suaranya. Masih sanggup mendengar semua ceritanya. Masih sanggup mendengar kata lirih yang keluar dari mulutnya.

Di balik itu semua aku merasa beruntung. Beruntung karena aku diberikan seorang suami yang sangat hebat seperti Hangeng. Suami yang tanpa lelah menjaga dan merawat ku. Dan aku sangat menyanyangi pria itu. Pria yang hebat dan tegar seperti Hangeng.

Dan satu hal yang tidak akan pernah ku sesali. Aku tidak akan pernah menyesal pernah tergolek lemah tak berdaya karena malaikat kecil kami yang sudah tiada. Untuk selanjutnya, apakah aku takut untuk hamil lagi?? Tidak, tidak sama sekali meskipun itu akan merenggut nyawa ku. Karena ku sadar aku adalah seorang wanita yang masih mempunyai kewajiban menghasilkan keturunan.

Sejenak aku terdiam. Memandang matahari yang kembali pulang keperaduannya. Menyimpan cahayanya untuk kehidupannya esok hari ..

Aku berterima kasih untuk kehidupan ku. Berterima kasih aku masih diberi kesempatan menikmati hangatnya sinar matahari di siang hari. Indahnya matahari saat ia keluar dari peraduannya dan kembali ke peraduannya ..

Terima kasih Tuhan untuk kesempatan kedua ku ..

Terima kasih suami ku untuk cinta mu yang melebihi luasnya hamparan laut dihadapan ku ..

-THE END-

Satu tanggapan »

Tinggalkan komentar